ARSITEK YANG BERKUALITAS ITU SEPERTI APA?

Membicarakan Arsitek, banyak orang langsung membayangkan bangunan hasil karyanya yang tampil indah memukau. Padahal, menjadi Arsitek bukan hanya berkepentingan dengan pesona visual semata. Arsitek yang berkualitas semestinya memahami dengan benar akan hak dan kewajiban,  serta wewenang dan tanggungjawab–nya ketika melayani masyarakat pengguna jasanya, y.i. para pemilik, penghuni atau pemakai/pengguna, bahkan juga para pengamat hasil karya rancangan/desain-nya itu. Dalam hal menunaikan kewajiban dan tanggungjawab–nya itulah Arsitek yang berkualitas akan harus memperhatikan juga berbagai hal selain aspek visual. 

Keselamatan adalah Landasan Utama

Arsitek wajib memperhatikan unsur keselamatan, keamanan, dan kenyamanan pemilik/ pengguna/pengamat hasil karyanya itu, serta  bertanggung jawab  apabila ternyata kemudian hal-hal itu kurang atau tidak terpenuhi. Dengan demikian, kewajiban  dan tanggung jawab itu tidak dapat dianggap remeh. Ketahuilah bahwa setiap garis dalam gambar kerja, segenap perhitungan, dan semua keputusan atau pilihan desain akan berdampak terhadap kehidupan orang banyak dan juga lingkungan alam sekitar. Bayangkan, gedung yang secara estetis tampil menawan, namun ringkih strukturnya, tidak nyaman dihuni/digunakan, atau mengganggu kelancaran lalu-lintas di sekitarnya, jelaslah bukan karya seorang Arsitek yang berkualitas.

Oleh karena itu, keselamatan, keamanan, dan kenyamanan haruslah menjadi prioritas utama dalam perancangan bangunan. Aspek-aspek itu merupakan landasan utama atau pondasi bagi profesi Arsitek. Setelah itu—lebih tepat di samping itu—disertakanlah aspek-aspek lainnya, seperti keindahan-estetis, interaksi keberlanjutan alami, hingga akhirnya bersatu padu dengan pondasinya. Kemampuan untuk memadukan berbagai aspek ini pun merupakan penentu kadar kualitas seorang Arsitek. Sesungguhnyalah, isu perancangan arsitektur adalah bagaimana memadukan berbagai aspek tadi ke dalam bentuk-padu yang sempurna.

Berpikir Holistik, Bertindak Etis

Arsitek yang berkualitas juga memiliki kesadaran akan dampak jangka panjang dari bangunan yang dirancangnya itu terhadap pemilik/pengguna, komunitas  dan lingkungannya. Itulah sebabnya mengapa Arsitek yang berkualitas itu pun harus mampu berpikir secara menyeluruh dan ramah-lingkungan, holistik-etis. Dewasa ini—di samping etika-profesi dan tatalaku, termasuk mematuhi berbagai syarat-syarat dan peraturan bangunan serta perundangan yang berlaku—penyertaan faktor etika-lingkungan dalam perancangan sebarang bentuk industri-konstruksi sudah menjadi keharusan. Arsitek yang berkualitas tidak akan memandang penyelesaian suatu proyek semata-mata demi portofolio atau keuntungan bisnis.

Interaksi dengan alam lingkungan pun menjadi bagian penting dalam proses perancangan. Arsitek harus mempertimbangkan bagaimana bangunan dapat menyatu-padu dengan bentang-alam (landscape) sekitar, memanfaatkan sumberdaya-alami dan terbarukan, tanpa membebani atau merusak ekosistem yang ada. Prinsip-prinsip keberlanjutan ini, kini telah menjadi standar baru dalam dunia perancangan arsitektur.

Kerja kolaboratif dan Partisipatoris

Arsitek yang berkualitas harus mampu berkomunikasi dengan baik dan terbuka, sebab itulah syarat untuk dapat berkolaborasi dan membangkitkan semangat partisipatoris. Sesungguhnya, itulah antara lain buah dari berpikir holistik-etis. Bekerjasama dengan berbagai pihak dari berbagai disiplin terkait/relevan dengan suatu bentuk proyek atau pembangunan tertentu—dengan klien,  kontraktor, konsultan, hingga masyarakat luas. Kemampuan mengajak para pemangku kepentingan suatu pembangunan, sedemikian hingga dapat menumbuhkan rasa turut-memiliki (sense of belonging) terhadap hasil-hasilnya, merupakan bagian dari pemupukan modal sosial-budaya yang sangat penting dan bermanfaat. Proses ini menggambarkan bagaimana seorang Arsitek yang berkualitas itu menunaikan suatu kewajibannya dan mempertanggungjawabkan suatu kewenangan yang disandangnya..

Singkatnya, Arsitek yang berkualitas itu bukan hanya piawai menggambar atau merancang, tetapi juga memahami rentang hak dan kewajiban, serta wewenang dan tanggungjawab  dalam menjalankan profesinya, yakni mengutamakan keselamatan, keamanan, kenyamanan di dalam menciptakan lingkungan binaan berkelanjutan bagi umat hari ini dan generasi yang akan datang.